Health Talk mengenai Typhoid Fever/Typus bersama Dr. Tommy P. Sibuea, Sp.PD (RS Tebet)













Siklus bakteri typhii bersifat oro-fecal yakni dari makanan/air yang tercemar, kemudian masuk ke dalam tubuh lewat mulut terus ke saluran pencernaan, dan dikeluarkan lagi melalui kotoran yang pada kondisi sanitasi kurang baik bisa mencemari makanan/air.

Mereka yang terpapar oleh bakteri typhii terbagi dua yakni: sebagai carrier/pembawa, yang walaupun membawa bakteri tersebut namun karena imunitas baik, bakteri tidak berkembang biak hingga menyebabkan infeksi.

Bila imunitas menurun akibat gaya hidup kurang baik, maka bakteri bisa berkembang biak sehingga fase infeksi pun muncul.

Indonesia merupakan negara endemik Typhoid Fever, serupa India, Bangladesh, dan sebagian besar negara Afrika


Fase perkembangan penyakit

Pada tahap awal, tyhoid fever lebih dirasakan sebagai demam, pusing, tidak enak/sebah pada pencernaan, dada yang terasa panas (bisa jadi dianggap serangan jantung), capek/linu, tidak selera makan -- keseluruhan gejala-gejala ini bisa dianggap gejala dari penyakit lain seperti DBD, flu, atau maag.

Tahap ini sering dikenali secara istilah awam sebagai "gejala typus".

Jika infeksi ini berlanjut tanpa diobati, infeksi dapat berkembang lebih luas dan menimbulkan gejala-gejala yang lebih parah seperti rasa sakit pada limpa dan liver, nadi yang melambat, serta sariawan pada usus halus.

Sariawan pada usus halus ini bisa memperparah kondisi pasien, mengingat fungsi usus halus adalah penyerapan nutrisi dari makanan yang sudah dicerna.
Usus halus yang luka tidak dapat bekerja dengan baik sehingga tubuh tidak dapat menyerap nutrisi yang diperlukan untuk pemulihan.


Tingkat yang lebih lanjut dari infeksi ini adalah usus berdarah sampai dengan kebocoran usus, juga infeksi pada selaput otak yang disebut tiphus meningitis.


Mengingat gejala typhus seringkali mirip dengan gejala penyakit lain, maka perlu tes Widal/titrasi serta tes feces untuk memastikan adanya bakteri.


Pengobatan

Bakteri typhus biasanya diobati dengan pemberian antibiotik untuk mematikan perkembangannya. Berbagai jenis antibiotik biasa diresepkan dokter tergantung tingkat keparahan serta kondisi pasien, seperti pil hijau Chloramphenicol (http://dictionary.reference.com/browse/chloramphenicol).

Antibiotik ini -- seperti halnya dalam pengobatan penyakit lain -- harus dihabiskan sesuai resep, agar bakteri tuntas dibasmi. Rasa "badan yang sudah baikan" tidak bisa jadi alasan antibiotik tidak dihabiskan.

Dr. Tommy tidak merekomendasikan suplemen dalam masa pemulihan, karena yang terbaik adalah nutrisi dari makanan lewat jenis dan pola diet yang tepat.



Diet:

Jenis dan pola makan bagi penderita typhus pun bergantung pada tahapan yang dialaminya.

Pada kasus parah, lambung harus diistirahatkan. nutrisi mungkin hanya bisa masuk secara parentetal (infus).

Kalau bisa, pasien dapat mengkonsumsi semacam sirup -- walaupun ini tidak dapat diberikan lama, karena nutrisinya tidak lengkap.


Untuk kasus menengah, pasien dapat diberikan makanan dalam bentuk diblender sehingga sangat halus, dengan makanan yang sifatnya rendah lemak, rendah gula, tinggi protein, dan rendah serat. Protein sangat dibutuhkan untuk pemulihan, sementara serta dari sayuran boleh diberikan tapi dalam porsi yang kecil agar kerja usus ringan. Selain itu bumbu tidak boleh yang merangsang sekresi asam lambung atau memperparah kerja usus seperti sambal.

Saat pasien makin membaik, ia dapat mengkonsumsi makanan seperti nasi tim atau nasi biasa yang cukup pulen serta makanan lain yang tetap rendah lemak, rendah gula, rendah serat, dan tinggi protein. Pola makanannya pun dibuat lima kali, yakni tiga kali makanan "besar" dan dua kali cemilan. Tetap dengan bumbu yang tidak merangsang sekresi asam lambung.




Kasus khusus typhus pada ibu hamil:
Pada kehamilan trimester pertama saat janin masih dalam fase pembentukan, pengobatan biasanya ditangani langsung oleh dokter kandungan.

Pada trimester kedua dan ketiga, internis bisa lebih berani menentukan regimen obat walaupun tetap berkonsultasi dengan dokter kandungan.

Kasus khusus typhus pada balita umur ASI:
ASI merupakan asupan terbaik bagi bayi sampai dengan 6 bulan (ASI eksklusif) atau 1 tahun. Maka ibunya harus mengkonsumsi makanan terbaik, sehingga ASInya berkualitas baik dan menjadi penguat imunitas bayi.

Gaya hidup yang lebih sehat

Semua berawal dari kebiasaan-kebiasaan yang baik:

1. Kebersihan dan sanitasi: tidak jajan sembarangan, memasak air minum atau di kota besar seperti Jakarta, minum air kemasan. Kebiasaan mencuci tangan dan sanitasi yang baik perlu dibiasakan sejak anak masih kecil.

2. Makan dengan teratur dan pilih jenis makanan yang rendah lemak, rendah gula, serta tinggi serat.

Makanan tinggi lemak dan tinggi gula sulit dicerna tubuh karena tubuh perlu mengeluarkan energi besar untuk mencerna dan membuangnya. Sementara makan tinggi serat, membantu membersihkan pencernaan.

3. Istirahat cukup dan teratur.





Health Talk mengenai Typhoid Fever/Typus 
bersama Dr. Tommy P. Sibuea, Sp.PD (Internis di RS Tebet)







Comments

Popular Posts