The Sandee/Van Nieukerken Pianoduo di Festival Salihara
Tidak disangka, twitpic dari acara pembukaan Festival Salihara ke-4 membuahkan hadiah kuis satu tiket untuk pertunjukan musik dari Belanda. Setelah memberikan info diri ke pihak Salihara, tanggal 25 september saya datang untuk mengambil tiket gratis tersebut.
Laura Sandee dan Anna Van Nieukerken adalah lulusan Koninklijk Conservatorium (Royal Conservatory) yang kemudian membentuk The Sandee/Van Nieukerken Pianoduo. Pada malam pertama pertunjukan, mereka membawakan tema Spectral Music and Changes. Dua karya dari Olivier Messiaen (1908-1992) yakni Amen du Desir dan Amen du Consommation menjadi komposisi pembuka dan penutup. Keduanya merupakan bagian dari tujuh seri komposisi dari Visions de l'Amen (1943).
Anna menyebut, Messiaen adalah nama penting dalam dunia musik abad ini. Komposer ini banyak menggunakan chord yang penuh warna -- suatu kemampuan yang umumnya hanya dimiliki oleh balita namun dimiliki Messiaen sehingga ia dewasa dan bisa berkarya. Selain itu ia juga banyak terinspirasi dari musik Hindu yang pada akhirnya menghasilkan suara dan bunyi spesifik.
Di antara dua karya Messiaen itu, duo pianis ini membawakan Veranderingen karya seorang komposer dari Belanda Guus Janssen, Soleil de Proie dari Hugues Dufourt, dan Work for Two Pianists karya Morton Feldman. Soleil de Proie berhasil menggambarkan kesendirian di tengah padang pasir. Nada-nada tunggal bergantian dibunyikan oleh Anna dan Laura dengan legato nan panjang. Sementara Work for Two Pianists adalah karya Feldman yang selama ini belum pernah dipublikasikan. Untungnya mereka berhasil mengontak Feldman dan mendapatkan salinan manuskrip tersebut dari sang komposer sendiri.
Secara umum penampilan di malam pertama ini menggambarkan kesunyian dan kemuraman jiwa. Komposisi Amen du Consommation menjadi nomor favorit saya malam itu karena sesuai keinginan Olivier Messiaen seperti yang disampaikan Laura "menggambarkan bagaimana indahnya surga itu".
Tertarik dengan penjelasan pianoduo mengenai karya-karya berbeda yang akan mereka tampilkan di malam kedua, akhirnya saya datang kembali keesokan harinya untuk menikmati tema Dances and more. Kali ini dengan membeli tiket sendiri: Rp 50000 saja.
Ada tiga komposisi yang mereka mainkan yakni Legatos karya Martijn Padding, Le Sacre du Printemps dari Igor Stravinsky, dan Dancework karya Steve Martland. "Berbeda dengan Spectral Music and Changes, komposisi pada Dances and More lebih menghentak yang bisa memancing orang untuk menggerakan tubuhnya," papar Laura.
Le Sacre du Printemps adalah karya yang menimbulkan skandal pada pertunjukan perdananya. Para penonton datang dengan ekspektasi akan musik bertema musim semi yang riang, indah dan segar merasa tertipu karena Igor menampilkan musik penuh kegaduhan yang bising dan disonan. Seolah-olah ini adalah segala bentuk kerumitan yang sedang tumbuh dan menyeruak menembus udara dingin jika kita melihat musim semi di bawah kaca pembesar - bukan musim semi yang biasa terlihat oleh mata telanjang. Ditambah lagi, para musisi orkestra yang membawakannya pun kurang terlatih untuk membawakan musik ajaib ini sehingga hasilnya adalah penampilan yang kacau balau.
"Saya harap anda sekalian tidak kecewa dan membuat kegaduhan yang sama malam ini, " seloroh Anna kepada penonton festival Salihara. Laura dan Anna berhasil membawakan Le Sacre du Printemps, kali ini tentunya dengan komposisi untuk dua piano, dengan baik dan rapih sehingga menuai tepuk tangan meriah - tidak seperti yang didapat Stravinsky dahulu.
Sebagai penutup pertunjukan malam kedua, Dancework, karya yang dibuat Martland untuk musik tarian modern, menyajikan bunyi-bunyi yang dinamis dengan chord yang lebih harmonis dengan perulangan frase yang lebih populer.
http://www.laurasandee.nl/
http://www.annavannieukerken.nl
http://salihara.org/community/2012/09/29/duo-piano-dengan-spektral-musik
Comments