Being selfish on the street; Being unselfish at home

Tadi hampir ketubruk! Karena terburu-buru mengejar bus, aku gak merhatiin lagi ada motor yang datang dari sebelah kiri dan aku jalan terlalu santai. Sorry for being such a careless pedestrian today. Yang bikin kesel cuma makian dari pengendara motor, "B%G*!" I almost showed up my middle finger sign, but then I realized that it might disrupt my entire day. So I just kept my mind clear, took a breath (DO NOT take a deep breath anywhere in Jakarta ESPECIALLY nearby a busy intersection in a hectic Monday!), and put down my middle finger back into its safe place.

Karena kejadian itu jadi inget obrolan di rumah bersama orang-orang rumah. Adikku komentar bahwa dia suka kesal sama sopir bus yang berlama-lama ngetém nungguin penumpang dan motor-motor yang sekarang makin meramaikan jalanan dengan zigzag yang suka bikin orang lain marah. (Yang zigzag kayaknya bukan motor aja, angkot bisa, metromini bisa, bus juga bisa). Bokap juga bilang suka stress di jalan ngeliatin bus yang seenaknya aja makan jalur untuk belokan ke kiri atau angkot yang dengan merasa sok jago ngambil jalur yang berlawanan yang sedang kosong untuk nyalip ke depan antrian di tengah-tengah kemacetan. Karena semua sedang cerita tentang hal-hal yang ngeselin, aku terus bilang "Aku cuma nggak kesel sama apa yang lagi aku naikin aja!" (*hi five Ifa*)

Gua ngaku soal ini! Kalau lagi di mobil sendiri atau kendaraan apapun yang gua naikin, gua pasti lebih sering nganggep mobil atau kendaraan lain yang buat onar. Kalo di jalan ngeliat metromini 62 yang ugal-ugalan, kesel banget rasanya. Tapi begitu gua lagi naik itu bus, gua bakalan seneng banget kalo si supir berusaha sebisa mungkin menghalalkan segala cara (termasuk dengan ugal-ugalan, zigzag, dan manuver-manuver yang ajaib) supaya busnya bisa dapat jalan yang secepat-cepatnya. Kayaknya masalah EGO kayak gitu yang bikin keadaan nggak bakalan bisa rapi. Bayangkan berapa juta pengendara yang merasa dirinya paling benar di jalanan Jakarta ini *inget lagunya Project Pop "Macet"*.

By the way, banyak banget yang bisa gua ceritain di sini. Semuanya tentang akhir pekan yang bikin seneng.

Hari Jumat kemaren, pulang dari kantor aku bela-belain bawa air minum di botol buat buka di jalan. Biar hemat ceritanya. Ternyata di jalan lumayan lancar. Hei asyik bener nih kalo begini. Jadi azan maghrib sudah terdengar di dekat Pasaraya Manggarai. Jadi dengan seteguk dua teguk air putih gua berbuka.

Setelah itu inner child gua mengambil alih. *mampir tuh di Hero Pasaraya* Pertamanya sih mikir, ah lihat-lihat aja. * >:) I got you!* Inner child gue yang menuntun langkah-langkah gue menuju Hero. *ah, di dompetnya cuma ada 50 ribu. Nggak bakalan deh belanja banyak-banyak.* Dari situ mata dan tangan sudah tidak terkendali lagi. * I'll take this, this, and this. How about this one? Hmm, it looks delicious! I'll take it. Can't help but take it. This one also. And a lil' bit of this, and a lil' bit of that. As well as this one.* Kalo di depan makanan kayak gitu, gue sering banget gelap mata. Udah gitu ngantrilah gue di kasir. Di kasir ngeliat ada orang yang ngebeli 1-ltr ice cream yang dibungkus dalam kantong es. *Oh, bisa minta kantong es toh di sini. Why not take a box of that dreamy chocolate blizzard ice cream" * I returned to the cashier line, handed out my the card (not credit card, I'm a simple debet card guy!), *swoop* and in a blink of an eye, my deposit decreased almost by 100K. *reality bites. Ouch!* To make myself less guilty, I made a lot of excuses. *I felt sooo low!* Okay, you greedy guy, just take out your cute behind (it's a more acceptable term, in this blog) from this supermarket and drag your stuffs home along with your lame excuses ...

Dan di bus gue merasa senang, mendapatkan bus dengan supir yang dengan susah payah membela kepentingan para penumpangnya dengan segala cara agar dengan segera dapat sampai di rumah. Talking about unselfish driver.

You know what, God answers prayers especially desperate ones. Di rumah ternyata adek gue yang dari Malang udah nyampe. Jadi komplit nih isi rumah.


gw: Wah untung elu udah nyampe. Berarti rejeki lu nih.
dlm hati: (thanks bro, you saved my face!)
gw: Ini buat mama nanti kalo buat bukaan. Kalo yang ini buat sahur.
dlm hati: (Tapi mungkin bakalan abis sama anakmu ini sebelum sempet dibuat bukaan sama sahur!)
gw: Nih cobain es krimnya kayaknya enak banget.
dlm hati: (masa gw yang harus nanggung sakit perut karena dengan selfish-nya ngabisin ini es krim satu liter ini sendirian!)

Hhhh, mata dan perut yang telah berkomplot mengalahkan otak gue!!


Next posting: My favorite repertoire revisited.

Comments

Popular Posts