Jalan Tol untuk Jantung Sehat

Nggak mau kalah dengan pembangunan jalan tol Cipularang menjelang KAA, oom gw ikut-ikutan dalam projek yang kurang lebih sama. Jantungnya ternyata direkomendasikan untuk dilintasi oleh sebuah jalur baru untuk mengatasi penyempitan di tiga titik pembuluh baliknya. Walhasil, sebuah operasi bypass akhirnya mesti dilakukan. Operasi dimulai dari jam 1 pagi dan akhirnya selesai jam 8 malam. Menurut standar operasi yang sejenis, durasi tersebut tergolong singkat. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan baik.

Setelah operasi, beliau dipindahkan ke ICU dan setelah sadar, ke kamar intermediate. Gw bertanya-tanya juga kenapa cuma kamar intermediate. Padahal beliau yang guru bahasa Inggris hampir tiga puluh tahun mestinya dapat kamar Advance. Hampir dua hari di kamar intermediate, beliau sudah disarankan memulai terapi fisiknya. Gerakan mengepal-ngepalkan tangan dan menggerak-gerakkan jari-jari kaki dirasakannya sebagai penghinaan besar, sebab biasanya tiga set permainan badminton bisa dilalapnya tanpa menemui kesulitan yang berarti sama sekali.

Proses kepindahannya ke ruang kamar inap mesti diawali dengan proses pencopotan dua buah selang yang tertanam jauh ke dalam rongga dadanya. Jahitan yang pendek akibat kurangnya koordinasi antara dokter bedah yang melakukan prosedur pemasangan dan suster yang melakukan prosedur pencabutan membuatnya mesti menahan sakit. Menurut teorinya, dokter mungkin hendak memberinya pelajaran yang akan diingatnya setiap kali ada godaan untuk menyalakan sebatang rokok.

Keluarga besar yang turut bergantian menjaganya sepertinya bisa mengubah tragedi menjadi komedi. Alih-alih terus bersikap cemas dan khawwatir selama menunggui pasien spesial ini, dengan santainya kami membuka sudut di ruang tunggu dan membuka gelaran piknik, sama seperti keluarga-keluarga pasien yang lain. "Mirip kapal Kambuna" komentar salah seorang anggota penggembira piknik, merujuk kepada keadaan ruang tunggu yang dihiasi dengan karpet-karpet, bantal, rantang, termos, dan obrolan-obrolan yang penuh cela canda persis seperti keadaan kapal penumpang Medan-Jakarta di era 70'-80'-an itu. Berita bagusnya sekarang ada sebuah TV yang menemani, tidak seperti di jaman Kambuna. Berita buruknya, dari banyak kepala yang ada, masing-masing tentunya punya preferensi acara TV masing-masing, sehingga terpaksa ada sedikit rebut-rebutan channel. Termasuk juga beberapa di antara anggota keluarga gw yang mesti menonton serial Full House.

Apa hubungannya tarif kelas rawat inap dengan proses penyembuhan? "Kalau sakitnya sama-sama saja mending di kelas III. Kecuali kalau di kelas I rasa sakit tidak dirasakan pasien." Dengan dalih itu, oom gw memilih untuk dirawat di kelas III saja. Selain itu rupanya dengan adanya empat orang pasien lain di dalam kamarnya, ia bisa bercakap-cakap dengan orang lain yang senasib sepenanggungan yang akhirnya bisa mengurangi beban psikologis.

Dua kali setengah hari menunggui beliau, membuat gw ingin sedikit mengubah pola hidup menuju pola hidup sehat, seperti poster-poster kampanya kesehatan yang terpampang di sudut-sudut rumah sakit. Tapi apa yang bisa kita lihat di sana mungkin sedikit mengejutkan. California Fried Chicken di tengah-tengah kompleks rumah sakit? Mungkin restoran ini tidak pernah mengaku sebagai 'Jagonya ayam' tapi 'finger licking good'-nya apa cocok dengan tema kesehatan jantung. Ditilik dari segi bisnis, sepertinya CFC dan Pusat Jantung Nasional ini sudah membentuk simbiosis mutualisma yang indah. Bayangkan apa jadinya kalau semua jantung di Indonesia sudah begitu sehatnya sehingga investasi milyaran rupiah untuk peralatan jantung yang canggih di sini menjadi sia-sia. Tentunya perlu ada usaha yang bisa menciptakan demand akan layanan kesehatan jantung. Masyarakat pun bisa menikmati kenyamanan. Begitu ada senut-senut sakit di dada sebelah kiri (atau kanan, tergantung orientasi masing-masing) setelah makan sate baso goreng dan paket ayam di CFC, tanpa ambulans pasien masih bisa berjalan ke ruang UGD tepat di seberangnya. Kenyamanan anda nomor satu!

Comments

Popular Posts