Ultah Bina Antar Budaya
Sebuah telpon di larut malam dari Keti:
"... sori, abisnya orang kantor juga ampir lupa. Padahal hari senin besok kan ultahnya Bina Antar Budaya ke 20. Plis ya, ..."
Short-notice appointment. Bagian dari hidup di Indonesia. Namun untuk keluarga besar AFS dan Yayasan Bina Antar Budaya, gw langsung setuju saja. Apa lagi ada iming-iming ongkos taksi diganti :) Lumayan, soalnya sekarang ongkos taksi sudah gila-gilaan mahalnya.
Daripada menanggung resiko kena macet di daerah Kemang, akhirnya gw berangkat sebelum jam empat sore. Lebih bagus gw sampai di tempat lebih awal, sehingga sempat sedikit cek alat dan memainkan sedikit lagu untuk pemanasan sekaligus menghibur panitia yang sedang bersiap-siap.
Acara baru mulai sekitar jam setengah tujuh. Sebelum acara resmi dimulai, sesuai tradisi, makan-makan dulu. Di silaturahmi ini, gw ketemu seorang kawan lama di SMA, returnee dari program AFS ke Amrik yang sekarang sedang merintis usaha penerbitan Diwan. Selain itu, banyak juga wajah-wajah yang sudah akrab berhubung gw sudah makin sering ikut acara AFS seperti ini.
Pembacaan puisi oleh kak Taufik Ismail, menjadi highlight acara malam itu. Dua buah puisi, tentang menanam bibit-bibit pohon untuk menjadi hutan sebagai metafora mengenai semangat AFS untuk mengisi setiap ruang untuk kampanye perdamaian dunia serta satu lagi mengenai semangat volunteer ditemuinya selama kunjungannya di Aceh sehabis bencana tsunami yang sejalan dengan semangat volunteer di Yayasan ini. Puisi-puisi ini, menurutnya akan segera bergabung dengan koleksi puisinya yang lain yang akan segera terbit dalam bentuk buku.
Senin malam rasanya tidak nikmat tanpa nomat alias nonton hemat. Tiga buah tayangan diputar malam itu. Yang pertama adalah presentasi mengenai Indonesia, muslim di Indonesia, dan pendidikan pesantren yang dibuat untuk dipertunjukkan di Amerika Serikat sejalan dengan program YES yang disponsori pemerintah sana. Yang kedua adalah tayangan mengenai kesan dan pesan para returnee program YES. Program YES kini menjadi program terbesar yang dikelola oleh Bina Antar Budaya, dengan banyaknya siswa yang dikirim mencapai 80 orang lebih. Tayangan yang terakhir adalah album kenangan kilas balik perjalanan Bina Antar Budaya selama 20 tahun sejak tahun 1985.
Setelah acara doa dan potong tumpeng, dan acara surprise untuk seorang staf yayasan yang baru saja memasuki masa pensiun berakhir, giliran gw lagi mengisi masa yang kurang dari satu jam tersebut dengan sedikit acara tebak lagu yang diselingi dengan pembagian door prize.
Setelah itu sesi karaoke bebas digelar, dengan berbagai macam permintaan lagu dari para penggemar. Volare? Habibi? My Way? Jumpa untuk Berpisah? Kau Bukan Untukku? Untungnya malam itu malam selasa. Kalau akhir pekan biasanya acara karaoke bisa sampai pagi dengan permintaan lagu yang makin lama bisa makin aneh sampai ke Maju Tak Gentar dan Mars Angkatan Bersenjata.
Panjang umur Bina Antar Budaya!
"... sori, abisnya orang kantor juga ampir lupa. Padahal hari senin besok kan ultahnya Bina Antar Budaya ke 20. Plis ya, ..."
Short-notice appointment. Bagian dari hidup di Indonesia. Namun untuk keluarga besar AFS dan Yayasan Bina Antar Budaya, gw langsung setuju saja. Apa lagi ada iming-iming ongkos taksi diganti :) Lumayan, soalnya sekarang ongkos taksi sudah gila-gilaan mahalnya.
Daripada menanggung resiko kena macet di daerah Kemang, akhirnya gw berangkat sebelum jam empat sore. Lebih bagus gw sampai di tempat lebih awal, sehingga sempat sedikit cek alat dan memainkan sedikit lagu untuk pemanasan sekaligus menghibur panitia yang sedang bersiap-siap.
Acara baru mulai sekitar jam setengah tujuh. Sebelum acara resmi dimulai, sesuai tradisi, makan-makan dulu. Di silaturahmi ini, gw ketemu seorang kawan lama di SMA, returnee dari program AFS ke Amrik yang sekarang sedang merintis usaha penerbitan Diwan. Selain itu, banyak juga wajah-wajah yang sudah akrab berhubung gw sudah makin sering ikut acara AFS seperti ini.
Pembacaan puisi oleh kak Taufik Ismail, menjadi highlight acara malam itu. Dua buah puisi, tentang menanam bibit-bibit pohon untuk menjadi hutan sebagai metafora mengenai semangat AFS untuk mengisi setiap ruang untuk kampanye perdamaian dunia serta satu lagi mengenai semangat volunteer ditemuinya selama kunjungannya di Aceh sehabis bencana tsunami yang sejalan dengan semangat volunteer di Yayasan ini. Puisi-puisi ini, menurutnya akan segera bergabung dengan koleksi puisinya yang lain yang akan segera terbit dalam bentuk buku.
Senin malam rasanya tidak nikmat tanpa nomat alias nonton hemat. Tiga buah tayangan diputar malam itu. Yang pertama adalah presentasi mengenai Indonesia, muslim di Indonesia, dan pendidikan pesantren yang dibuat untuk dipertunjukkan di Amerika Serikat sejalan dengan program YES yang disponsori pemerintah sana. Yang kedua adalah tayangan mengenai kesan dan pesan para returnee program YES. Program YES kini menjadi program terbesar yang dikelola oleh Bina Antar Budaya, dengan banyaknya siswa yang dikirim mencapai 80 orang lebih. Tayangan yang terakhir adalah album kenangan kilas balik perjalanan Bina Antar Budaya selama 20 tahun sejak tahun 1985.
Setelah acara doa dan potong tumpeng, dan acara surprise untuk seorang staf yayasan yang baru saja memasuki masa pensiun berakhir, giliran gw lagi mengisi masa yang kurang dari satu jam tersebut dengan sedikit acara tebak lagu yang diselingi dengan pembagian door prize.
Setelah itu sesi karaoke bebas digelar, dengan berbagai macam permintaan lagu dari para penggemar. Volare? Habibi? My Way? Jumpa untuk Berpisah? Kau Bukan Untukku? Untungnya malam itu malam selasa. Kalau akhir pekan biasanya acara karaoke bisa sampai pagi dengan permintaan lagu yang makin lama bisa makin aneh sampai ke Maju Tak Gentar dan Mars Angkatan Bersenjata.
Panjang umur Bina Antar Budaya!
Comments