Seleksi AFS dan Cita-Cita Itu

Saat merenungi nasib di dalam kamar mandi, suatu pagi hari Minggu ...

"Keko, lu gak kemana-mana kan hari ini?"

Setengah ngantuk, dengan tenggorokan yang belum disiram air putih, gw menjawab malas-malasan.

"Gw mau jalan-jalan ke Ragunan!"

"Gak malu jalan-jalan ke Bonbin Ragunan? Rumah di Pasar Minggu begini?"

I hate that. Rupanya orang Tanjung Priok mestinya tidak boleh jalan-jalan ke Ancol, orang Bogor tidak boleh ke Kebun Raya, dan orang Cilandak tidak boleh ke Citos.

Mestinya gw sedikit berbohong mengenai rencana jalan-jalan ke Bonbin Ragunan, tapi gw gak ada jawaban lain yang lebih pintar. Masa jalan-jalan ke mal lagi? Bukannya Jakarta masih punya banyak tempat selain pusat perbelanjaan yang bisa dilihat. Terutama jika pertimbangannya adalah keefektifan penggunaan anggaran jalan-jalan.

Malas berdebat.

"Emangnya kenapa?" Tambah serak. Hampir ada niatan untuk menenggak air langsung dari kran. Pikiran masih setengah dibayang-bayangi mimpi yang gak jelas semalam.

"Elu jadi interviewer bahasa Inggris buat seleksi AFS"

Jadi interviewer? Lumayan nih.

"Di mana?"

"Dua Delapan"

Dekat dari rumah. Lagipula SMA gw ini, sejak tujuh tahun bersalin rupa, belum pernah gw jelajahi lagi. Menurut yang masih sekolah di sana, Dua Delapan sekarang tambah dingin. Tentunya terimakasih atas dua buah AC split yang dipasang di setiap ruang kelas atas biaya dari para orang tua murid yang dengan murah hati menyediakan anggaran lebih setiap bulan. Namun sayangnya, pemasangan AC ini malah membuat anak-anak jadi gampang masuk angin. Padahal mestinya para perancang gedung SMA ini bisa membuat rancangan yang lebih ramah lingkungan, dengan memaksimalkan aliran udara sebagai sarana pendingin alami

"Gw berangkat duluan. Ntar gw telpon, lu dapet sessi pagi apa siang."

Mudah-mudahan dapat siang. Sebab masih ada sedikit keinginan untuk membalaskan utang tidur sekitar dua atau tiga jam pagi ini.

Rupanya makin ada kedekatan antar gw dengan AFS. Dari sekedar pendengar, lalu menjadi tamu di acara pelepasan dan penyambutan siswa pertukaran pelajar, pemain kibor di acara ulang tahun Bina Antar Budaya, dan sekarang jadi interviewer.

Mungkin ada program volunteer get volunteer? Yang gw tahun, AFS merupakan suatu organisasi yang mengandalakan tenaga sukarelawan alias volunteer-based organization. Staf Yayasan Bina Antar Budaya yang tidak sampai belasan orang tentunya tidak bisa sendirian untuk mengelola kegiatan yang berjibun, termasuk di antaranya menyeleksi siswa yang akan dikirim, mengurus dokumen perjalanan, menyeleksi orang tua angkat, mengadakan orientasi dan reorientasi, bahkan bukan hanya untuk siswa Indonesia yang dikirim ke luar negeri tapi juga untuk siswa-siswa asing yang ditempatkan di Indonesia.

Kiranya bukan berarti gw terlalu jago berbahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Tapi pertimbangan bahwa gw sudah cukup dekat dan sedikit mengerti mengenai organisasi ini (baik lewat kedua adik gw yang alumni program ini ataupun langsung mengamati sendiri kegiatannya) dan terutama karena SMA 28, tempat seleksi tahap kedua, cukup dekat dari rumah, akhirnya gw diajak untuk berpartisipasi di kegiatan ini. Gw gak bisa menolak, walau juga tidak ingin menolak. Kenapa tidak?

Setelah bermalas-malasan lagi sepanjang pagi, akhirnya gw terbangun sekitar pukul setengah sebelas. Jam dua belas sesi siang akan dimulai dan menurut si panitia, gw mesti sudah berada di sana. Akhirnya gw bersiap-siap (mesti pake kemeja dan celana bahan!) dan bisa tepat waktu sampai di tempat seleksi di almamater tercinta.

Di ruangan pewawancara, yang gw lihat adalah beberapa 'korban' alias pewawancara cabutan, persis diri gw ini, yang mungkin punya gambaran yang sedikit sekali mengenai apa yang mesti dilakukan saat wawancara. Gw sendiri merasa lebih gugup daripada para siswa di luar sana yang sedang menunggu giliran. AC yang rupanya hanya menyala satu buah saja ditambah banyaknya orang di ruangan membuat hawa yang temperaturnya semakin meningkat setiap kali hembusan nafas.

Namun briefing dari panitia cukup mencerahkan harapan. Gak susah-susah banget. Yang perlu diingat bahwa ini wawancara bahasa Inggris, jadi cukup ajak para siswa itu untuk berbicara dalam bahasa Inggris, dengan daftar acuan yang bisa jadi contekan sebagai bahan pembicaraan. Yang agak sulit adalah memberikan penilaian. Mudah-mudahan gw tidak terlalu royal dalam memberikan nilai. Susah juga tugas menjadi juri seperti ini.

Beruntung gw bisa menjalankan tugas ini bersama Sonya, alumni yang tentunya mengenal dengan baik program AFS, lebih mahir daripada gw untuk urusan cas cis cus dalam berbahasa Inggris, dan rupanya seangkatan dengan beberapa teman SMA dulu di program AFS. Lagipula dia sudah mengikuti proses seleksi ini mulai dari sesi pagi.

Walaupun dari satu menit pertama, juri sudah bisa memberikan penilaian atas kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris, tapi gw ingin menikmati waktu sepuluh sampai lima belas menit yang dialokasikan untuk setiap siswa. Cukup menarik juga usaha gw menggali sesuatu yang menarik dari masing-masing kehidupan mereka. Sebab menurut gw, mestinya, untuk sampai ke tahap selanjutnya, mereka memiliki sesuatu potensi yang bisa mereka banggakan. Terutama mengingat misi mereka menjadi siswa pertukaran pelajar adalah untuk menjadi duta Indonesia untuk dunia. (persis kayak Miss Universe, walaupun tanpa kontes bikini).

Siswa pertama cukup pede untuk mendemonstrasikan kemampuannya menjadi pemandu sorak, atas permintaan rekan gw. Gw salut atas keberaniannya itu (and Sonya, are you sure with your wish?) dan memberikannya poin yang lebih untuk attitude dan confidence.

Ada sedikit sentimen positif saat seorang siswa lain menyebutkan blogging sebagai salah satu kegiatannya. (And Sonya had no idea about blog at all, aha!)

Kebanyakan dari mereka datang dari SMA 8, dan yang lain dari SMA 54, 81, 82, 6, Insan Cendekia, dan 70. Ada pertanyaan yang sering gw ulang-ulang setiap wawancara. "How do you like it in your school?" Pertanyaan yang umum mereka jawab adalah mengenai beratnya pelajaran di sekolah, bagaimana mereka menghabiskan sembilan jam lebih di sekolah, ditambah lagi mesti mengerjakan bertumpuk tugas saat pulang ke rumah. Membuat gw merasa cukup beruntung saat menikmati SMA dulu. Saat waktu di sekolah tak sampai lima setengah jam saja dan kurikulum yang masih bersahabat.

Gw memang cukup royal memberi nilai untuk kategori-kategori yang diberi bobot lebih besar dan untuk kategori-kategori pendukung dengan bobot yang lebih ringan, skor gw berikan lebih hemat. Namun setelah direkap, rupanya penilaian gw dan rekan tidak terlalu berbeda jauh.

Setidaknya ada tiga orang siswa yang mendapat skor tertinggi menurut penilaian gw. Di antara mereka rupanya sudah ada yang terbiasa dengan pengalaman menikmati perjalanan ke luar negeri sementara gw berharap kesempatan ini bisa diberikan kepada mereka yang belum pernah merasakannya. Namun secara objektif, gw tetap merekomendasikan gadis manis ini atas dasar kemampuannya berkomunikasi, aktivitasnya yang positif, hobi olahraganya, dan sikapnya yang penuh percaya diri.

Yang tersisa di pikiran gw adalah bagaimana mulianya aktivitas yang dijalankan oleh AFS. Meminjam kata-kata Kak Taufik Ismail di acara Ulang Tahun ke 20 Bina Antar Budaya bulan lalu, menanam bibit-bibit pohon baru di setiap tanah yang kosong agar tumbuh hutan. Kegiatan menyemaikan semangat memahami perbedaan antarbangsa untuk menumbuhkan rasa persaudaraan sesama manusia di seluruh dunia, yang meski kecil namun konsisten langkah demi langkah dilakukan untuk mencapai cita-cita luhur yakni perdamaian dunia. World peace. Ide yang serasa makin kabur, apalagi di tengah besarnya rasa kebencian dan permusuhan yang ditebarkan sebagai fitnah yang merusak jati diri kita sebagai manusia yang semestinya cenderung kepada kebaikan. Misi untuk menumbuhkan hutan dengan menanam benih-benih pohon di setiap ruang-ruang lahan yang kosong bukan sekedar ucapan klise di mulut para peserta seleksi, namun mudah-mudahan merupakan kerinduan yang tulus akan dunia yang lebih baik.

Comments

Ardho said…
Tapi dulu saya gak diterima!!!

:(
cynthia_blogz said…
hbat..hbatt
jadi interviewer sesi wawancara AFS,
saran gw kalu jadi interviewer buat AFS lagi, jgn pelit" ngasih penilaian dunkss..
kan kasian mreka udh persiapan byk, deg"an stengah mati, nervous...
kayak gw githu ...
jantung mau copot rasanya, wawancara tes kepribadian, di tanya ini-itu sama interviewers yg muka"nya krg bersahabat itu...
yaudahh,, gw jawabnya ngasal ,, coz dah confuse dluan,. hehehe
alhasil,, gw gak lolos tes 2 AFS dehh...sediiiihh :(
Chezumar said…
ardho: berarti elo blom yang terbaik kan??
cynthia: harus elo sekarang tanya sama mereka2 yang lulus, apa triknya supaya gak nervous pas diwawancara. Namanya juga tes kepribadian, sekalian diuji lah ini calon siswa AFSnya suka panik apa nggak
Kak, mo tanya boleh gak??? yang jadi kriteria penilaiannya itu apa aza to? n, AFS itu yang terpilih apakah yg dianggap pantas atau diberikan batas kuantitas tertentu??? bales, ya... ^_^
Anonymous said…
Assalamualaikum
Insya Allah saya bisa diterima untuk tahun ini(2008-2009)by Projo

Popular Posts