Tentang AFI

Sementara orang lain nge-date ... gw punya jadwal tetap setiap malam minggu: nonton AFI dan melemparkan komentar-komentar gak penting tentang acara yang mestinya bagus banget kalo nggak ada sesi tangis-haru-biru selama lima belas menit itu. Hasil diskusi dengan dua orang pemirsa lain malam minggu kemarin:

I
Akhirnya bisa bangga juga jadi orang Langkat. Wah sebegitu kuatkah dukungan dari Ikatan Keluarga Langkat di Jakarta buat Veri. Tahu lagu "Pucuk Pisang" yang dia nyanyiin di akhir acara Diari AFI? Padahal itu lagu dulu sempet bikin gw sakit kuping pas bokap gw nyetel itu lagu kenceng-kenceng.

II
Salah langkah kalo panitia pake ngumumin perolehan suara sementara di tengah acara. Jelas-jelas si Ve jadinya gak bisa konsentrasi lagi sama lagu keduanya - yang menurut gw seharusnya dibawain dengan gayanya Armand Maulana, bukan gaya Dian Pisesha. Udah gitu juri-jurinya sok nggak ngerti lagi kenapa suara dia jadi sember gitu. Jelas-jelas dia lagi nahan tangis yang kedengerennya udah sampe ke pangkal kerongkongan kayak gitu, masa disangkain gak enak badan. Untung bukan gw jurinya. I'd be very sarcastic and straight forward.

III
Cara voting emang nggak bisa menghasilkan putusan terbaik. Dari penampilan aja, udah jelas-jelas selayaknya Ve yang dieliminasi. Kenapa malah Rini yang keluar? Padahal kata gw, dia bisa ngebawain lagunya Erwin Cokelat itu dengan interpretasi yang cukup pas.

IV
Kalo milih lagu, hindari lagu-lagu yang berbau perpisahan. Terbukti: Dicky dieliminasi setelah membawakan lagu "Cepat Pulang" dan Smile didepak setelah nyanyi Berakhir di Januari ... "Januari"-nya Glenn. Cuma losers yang nyanyiin kayak lagu "Sudahlah" dan "Sampai di Sini". Inget pemegang posisi pertama dalam perolehan suara nyanyi apa kemaren? "Selamanya".

Comments

Popular Posts