Kyou No Hi Wa Sayounara
Hari minggu malam kemarin adalah saat keberangkatan Ifa ke Tokyo. Bersama 70 orang calon mahasiswa lainnya yang menerima beasiswa Monbuka Gakusho alias MEXT untuk program D3, S1, S2, dan S3, mereka berangkat dengan penerbangan JAL 726 yang take off pukul 00.25.
Foto-foto di depan barang bawaannya yang seabrek itu. "Kayaknya lebih dari 30 kg nih", katanya. Gw sih cuma pesan, "Fa, kalo nanti kelebihan beban pas ditimbang, yang pertama dikeluarin rendang parunya aja ya." Rendang paru yang kira-kira sekiloan itu kan mendingan ditinggal di rumah. Biar oleh-oleh dari Tek Evi jadi rejeki buat gw aja.
Ifa foto bareng sama ayah.
Ifa foto bareng sama gw. Wadoh kapan ya gw yang berangkat ke luar negeri kayak dia?
Abis ngambil foto gw, gantian Buyung yang minta difoto.
Om Pen (Sofyan Effendi) bergabung bersama kita. Andalan buat urusan check-in dan chaperon buat urusan custom di bandara berhubung beliau yang kerja di Animal Quarantine punya otoritas buat menjelajah di ruang terminal bandara.
Isma jadi kepengen ke Swiss lagi, katanya. Mupeng. Biarin belum kesampaian sekarang, yang penting foto-foto dulu. Gayanya sih udah meyakinkan.
Dengan perasaan bercampur aduk antara bahagia, sedih, dan khawatir, Mama melepas keberangkatan si bungsu.
Foto bareng sekali lagi sebelum Ifa masuk ke passengers only area buat check in. Setelah itu baru deh, hiks hiks dari mama dan ayah. Gw cuma meluk dia dan pesan supaya dia hati-hati.
Lho kok Ifa keluar dari Terminal lagi? Katanya, berhubung sesudah check-in, sambil menunggu fiscal clearance masih ada waktu hampir sejam, mendingan dia keluar lagi ke ruang tunggu. Heh. Jadi, gimana rendang parunya? Sayang, kelebihan beban 2 kg masih ditolerir oleh petugas check-in berhubung ada teman Ifa yang bagasinya cuma 19 kg. Nasib. Bubye dendeng paru. Lihat tampang gw yang sedih gara-gara harapan yang tidak terkabul.
Foto-foto di depan barang bawaannya yang seabrek itu. "Kayaknya lebih dari 30 kg nih", katanya. Gw sih cuma pesan, "Fa, kalo nanti kelebihan beban pas ditimbang, yang pertama dikeluarin rendang parunya aja ya." Rendang paru yang kira-kira sekiloan itu kan mendingan ditinggal di rumah. Biar oleh-oleh dari Tek Evi jadi rejeki buat gw aja.
Ifa foto bareng sama ayah.
Ifa foto bareng sama gw. Wadoh kapan ya gw yang berangkat ke luar negeri kayak dia?
Abis ngambil foto gw, gantian Buyung yang minta difoto.
Om Pen (Sofyan Effendi) bergabung bersama kita. Andalan buat urusan check-in dan chaperon buat urusan custom di bandara berhubung beliau yang kerja di Animal Quarantine punya otoritas buat menjelajah di ruang terminal bandara.
Isma jadi kepengen ke Swiss lagi, katanya. Mupeng. Biarin belum kesampaian sekarang, yang penting foto-foto dulu. Gayanya sih udah meyakinkan.
Dengan perasaan bercampur aduk antara bahagia, sedih, dan khawatir, Mama melepas keberangkatan si bungsu.
Foto bareng sekali lagi sebelum Ifa masuk ke passengers only area buat check in. Setelah itu baru deh, hiks hiks dari mama dan ayah. Gw cuma meluk dia dan pesan supaya dia hati-hati.
Lho kok Ifa keluar dari Terminal lagi? Katanya, berhubung sesudah check-in, sambil menunggu fiscal clearance masih ada waktu hampir sejam, mendingan dia keluar lagi ke ruang tunggu. Heh. Jadi, gimana rendang parunya? Sayang, kelebihan beban 2 kg masih ditolerir oleh petugas check-in berhubung ada teman Ifa yang bagasinya cuma 19 kg. Nasib. Bubye dendeng paru. Lihat tampang gw yang sedih gara-gara harapan yang tidak terkabul.
Comments