Mak Jogi: Akar Indonesia, Akar Melayu

Setelah sukses dengan pementasan "Laskar Dagelan: From Jogja With Love", "Beta Maluku: Nyanyian Damai Untuk Indonesia", serta "Kartolo Mbalelo: Memandang Indonesia Secara Jenaka", tanggal 26-27 Juli ini seri "Indonesia Kita" hadir kembali dengan judul "Mak Jogi: Hikayat Jenaka untuk Indonesia" yang mengangkat Melayu sebagai akar kebudayaan-kebudayaan di Nusantara.


Setelah dibuka dengan tarian Sekapur Sirih dari Deli dengan gerakan Melayu dalam rentak dan irama asli, panggung ini memadukan seni teater rakyat Makyong dari Riau Kepulauan, serta rentak tari Mainang Dua, Joget yang dinamis, Zapin Riau yang lincah dan Jepin Lembut dari Sambas ditambah racikan musik Melayu yang diharmonisasi dengan musik Minang.


Jiwa dari cerita perjalanan rombongan Mak Jogi dari negeri Sepancungan Daun untuk mengumpulkan air dari tujuh muara di berbagai tanah di Nusantara ini tak lain adalah cerminan keadaan Indonesia saat ini. Berbagai kritik sosial disampaikan lewat pantun dan syair jenaka sehingga berhasil memancing tawa dan tepuk tangan nyaris tak henti-henti.

Didukung oleh para seniman seperti Tom Ibnur (penari, pengajar utama IKJ dan STSI Padang Panjang), Hendry Lamiri (violinis), Ramon Damora dan Hasan Aspahani (penyair), Effendi Ghazali (pakar komunikasi politik, program TV "Republik Mimpi"), serta Agus PM Toh (pendongeng), pertunjukan yang berdurasi 2,5 jam ini memikat penonton di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.

Meskipun bertema besar "Akar Melayu", pertunjukan ini juga menampilkan karya-karya koreografer Hartati dan Didik Nini Thowok yang masing-masing mengolah latar budaya Minangkabau dan Yogyakarta.

Setiap pementasan Indonesia Kita selalu disertai dengan gelaran wisata kuliner sesuai tema tiap pementasan. Kali ini, pengunjung dapat mencicipi aneka hidangan khas Melayu dari pesisir Sumatera, Riau kepulauan dan Kalimantan yang mengilustrasikan bagaimana Melayu menyerap aneka budaya yang banyak melintas di jalur perdagangan sejak jaman
dahulu ini. Sebut saja nasi lemak yang menyerap pengaruh dari nasi kebuli ala Arab, kemudian roti cane dan teh tarik yang memperlihatkan pengaruh India, serta tekwan dan pempek yang menunjukkan pengaruh Cina.

Jangan lupa, Djarum Bakti Pada Negeri masih akan menghadirkan seri Indonesia Kita berikutnya pada tanggal tanggal 23-24 September dengan tema "Reaktualisasi Seni dari Timur" serta tanggal 28-29 Oktober dengan tema "Silang Budaya, Silang Jenaka" tetap di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.


Comments

Popular Posts