Jalan-Jalan ke Bandung (I)

Berhubung temen kantor gw Agung bakal pindah ke Bandung, sekalian aja gw menawarkan diri untuk menjadi penasihat dalam masalah lokasi kos-kosan yang bagus. Selain bisa jalan-jalan di kota kenangan ini, kebetulan ada acara ITB Big Band Concert di mana Metta, seorang 'teman lama' yang bergabung sebagai pianis di Bigband Waditra Ganesha, akan bermain untuk acara itu.



Di sekitar Cisitu, tepatnya di jalan Sangkuriang di depan LIPI, ada satu tempat yang sangat nyaman dengan harga sewa yang amat bisa berterima oleh akal sehat. Kamar luas, diperlengkapi dengan tempat tidur, meja kerja, lemari, sambungan TV, dan kamar mandi dalam dengan air panas. Tambahan lagi, suasana yang tenang dibawah naungan pohon-pohon rindang ditingkahi pula dengan suara burung-burung dalam kandang. Bisa dibilang, kesannya seperti kos di kebun raya.

Bagaimana pun juga, ada kondisi lain yang mesti dipenuhi. Pak Harto, pemilik kosa-kosan punya kebijaksanaan yang cukup ketat mengenai tamu perempuan. Dia merasa mengajak tamu perempuan masuk ke rumah kos apalagi ke kamar hanya akan mengganggu suasana, terutama merusak konsentrasi para mahasiswa ITB yang menghuni sebgaian kamar kos di situ. Hari gini masih ada alasan yang kayak begini? Memang beliau punya argumen, "Daripada kamu yang bawa tamu perempuan ke sini, mendingan kamu saja yang main ke tempat mereka." Masuk akal juga sih. Tapi kondisi ini sepertinya tidak mau dipenuhi oleh Agung. Akhirnya gw dan dia berkeliling-keliling lagi di daerah Dago untuk mencari tempat lain.



Sore harinya, jalan-jalan ke Balubur tepatnya ke Dunia Baru. Ini dia tempat andalan mahasiswa yang perlu buku fotokopian. Harga di sini cukup menarik jika dibandingkan dengan harga Mangga Dua. Tapi memang kualitas hasil fotokopinya tidak sebagus buku-buku fotokopian di Mangga Dua dan judul yang tersedia di sini kurang lengkap. Jadi selama kualitas gambar dan tulisannya masih bisa diajak kompromi oleh mata, selamat menikmati harga murah yang ditawarkan di toko yang terletak tepat di seberang Hotel Sawunggaling ini.

Sambil menunggu Agung memilih-milih buku untuk dibeli, gw duduk-duduk sambil memotret ke arah hotel. Sayangnya malah motor-motor yang sedang diparkir yang mendominasi gambar.




Capek dari Dunia Baru, kita memilih untuk kongkow-kongkow di Kafe Halaman, di pertigaan antara Jalan Siliwangi dan Taman Sari. Di sabtu sore itu, lebih banyak ABG dan keluarga yang datang. Saat malam datang, bakalan banyak pasangan yang datang untuk menikmati suasana romantis di situ. Mungkin untuk kepentingan penembakan, kencan pertama, atau pemutusan hubungan pacaran. Jadi teringat kencan bersama si 'teman lama'.

Berhubung perut tidak seberapa lapar, gw pesan Fish n Chips with Honey Dip. Nama yang bagus dan bersajak. Pisang goreng yang dipesan Agung ternyata tidak enak. Berhubung mahal dan rugi kalau dibuang, akhirnya gw yang menghabiskan. Takut rugi apa maruk?

Sekitar jam lima, Isma mengabari kalau dia sedang berada di McDonald Dago. Dua hari tidak bertemu dia di rumah, malah jauh-jauh di Bandung bisa bertemu. Sayangnya gw cuma dijadikan alibi sama dia supaya dia bisa bikin rendez-vous dengan 'adiknya'. Adik apa secret admirer? Jadi gw pergi ke tempat makan berikutnya ini,
sementara Agung balik ke penginapan.





Berhubung yang ditunggu belum datang juga, akhirnya kita ambil bundel majalah yang tersedia di situ. Pilihan jatuh kepada bundel majalah Rolling Stones Indonesia dengan sampul Bono. Berhubung kita jayus, akhirnya malah seru-seruan foto bersama oom Bono. Untung dia gak protes.



Akhirnya yang ditunggu Isma datang juga. Setelah menjalani tugas sebagai alibi, gw segera meluncur ke tempat konser IBBC. Tapi sebelum bergerak ternyata datang pesanan untuk membeli makan malam. Berhubung waktu sudah cukup mendesak, akhirnya gw membeli makanan yang cukup siap jadi yaitu nasi goreng dan hot dog. Setelah kembali ke penginapan untuk mengantar pesanan, gw buru-buru pergi menuju Sasana Budaya Ganesa yang cuma berjarak 10 menit berjalan kaki.

Dengan harga 45 ribu perak gw dapet tiket masuk ke ITB Big Band Concert 2006. Harga yang pas untuk bisa menikmati musik jazz yang disuguhkan oleh para pemain yang handal serta para penyanyi yang amat menghibur.



Buat kenang-kenangan, tidak lupa gw membeli 'official' pin. Ini sih berhubung duit yang ada di dompet cuma bisa dituker dengan pilihan produk yang paling murah. Padahal masih banyak pilihan lain untuk mereka dengan uang lebih tebal di saku: T-shirt, poster, tas, assesoris, juga stiker.

Comments

Popular Posts