Fakultatif

Sejauh ini yang menarik dari kalendar kerja tahun 2004 adalah tanggal merahnya.

Dekat-dekat ini ada libur apaan ya?

Sepertinya tanggal 22 Januari nanti sudah resmi jadi hari libur nasional. Dulu sempet bingung ngeliat di kalender 2003 Tahun Baru Imlek dinyatakan sebagai libur fakultatif? Maksudnya fakultatif itu apa? Kalo "silahkan memilih sendiri antara libur atau tidak", tentunya mendingan libur. Sama halnya mungkin dengan hari kerja fakultatif, "silahkan memilih sendiri antara ngantor atau tidak", ya jelas mendingan libur juga.

Pas lagi kuliah atau sekolah, ada juga yang namanya "tugas fakultatif". Kalo udah begini, semuanya berasa mind games.

Yang ngasih tugas, guru atau dosen, mungkin gak tega mewajibkan tugas itu berhubung rasanya tugas itu gak ada hubungannya sama kisi-kisi ujian akhir, cuma mau ngasih bahan pengayaan, cuma ngetes apa mahasiswanya sudah cukup dewasa untuk menentukan apa yang terbaik untuk mengejar ilmu yang akan jadi bekal masa depannya, atau kelepasan ngomong mau ngasih tugas berhubung udah terlanjur dan nggak mau terbebani dengan acara memeriksa berlembar-lembar tugas yang masing-masing kurang lebih isinya sama dikopi dari satu "master", akhirnya ngebikin itu jadi tugas fakultatif.

Murid atau mahasiswanya tentunya tidak mo kalah dalam urusan mind game ini. Yah tunggu mood gw aja deh. Kalo lagi 'bener' gw kerjain, kalo gak ya 'kan cuma tugas fakultatif. Atau mungkin, tugas yang beneran aja gak kumpulin. Lah apalagi kalo tugas becanda kayak begini. Atau mungkin, Yah cukuplah tanggung jawab komunal ini ditanggung oleh mereka. Kayaknya satu orang nggak ngerjain gak bakalan ketauan. Yang terakhir ini sebenarnya sangat beresiko tinggi di mana pada situasi ekstrim tak seorang pun mengumpulkan tugas itu dan oleh karenanya perlu dikomunikasikan secara terbuka kepada seluruh kelas agar jelas siapa yang siap-siap pasang badan ngerjain tugas ini.

Tentunya gak semua orang punya kebiasaan mendelegasikan tugas kepada orang lain kayak gitu. Orang-orang mulia yang sudah dari kecil dididik untuk mengerjakan tugas yang sebanyak-banyaknya tentunya akan bersenang hati mengerjakan tugas ini dengan sungguh-sungguh. Sayangnya harapan yang menggunung untuk meraih nilai lebih tinggi harus kandas di tengah jalan akibat adanya peraturan yang menetapkan nilai maksimal yang bisa diberikan kepada murid dan mahasiswa. Mereka mungkin nyesel kenapa dulu nggak masuk sekolah yang bisa ngasih nilai raport lebih dari 10 atau nilai huruf lebih dari A+.

Sedangkan kebanyakan dari kita biasanya mengambil sikap yang moderat: ngumpulin tugas itu atau lebih tepatnya "mereproduksi tulisan karya 'creme de la creme'-nya kelas dengan modifikasi di sana sini dalam kadar yang secukupnya dengan trade-off antara besarnya perubahan dan waktu yang dibutuhkan untuk memparafrase semua paragraf demi menjaga nilai-nilai orisinalitas demi menjaga hak martabat si penulis asli yang sudah berbaik hati dan integritas diri sendiri agar terjauh dari tuduhan plagiarisme". Tindakan seperti ini bisa diasosiasikan dengan mereka yang udah desperate berat dengan nilai ulangan atau midtest dan berkeyakinan besar kalo nilai C kurus bisa diraih dengan turut serta mengumpulkan tugas fakultatif ini.

Kembali ke soal liburan lagi, mungkin hari itu bisa saya pakai buat jalan-jalan nyobain BusWay1 yang di hari-hari kerja obligatif tidak bisa saya tumpangi mengingat rute Pasar Minggu - Cempaka Putih masih jauh dari bentuk realisasi bahkan imajinasi.

Pada hari Imlek 'ku turut ayah ke Kota
Naik Busway2 istimewa kududuk di muka
Ku duduk samping pak sopir yang gajinya dua juta
mengendali bis merah supaya cepat larinya




[1] Seharusnya gw bikin janji sama psikiater buat ngilangin obsesi aneh soal ini.

[2] Mungkin ada bagusnya juga kalo ada DelmanWay.

Comments

Popular Posts